Negeri para wali yaitu Yaman, kembali mendatangkan ulama nya lagi ke Pondok Pesantren Daruttauhid Malang tepatnya pada 18 Agustus 2022. Beliau adalah Assyeikh Ahmad bin Muhammad Al-Umariy Al-Faqir. Kedatangan beliau kesini tidak lain hanya untuk memberikan Motivasi kepada para santri dan mengambil Barokah dari mereka semua.
Diawal pertemuan antara Assyaikh Ahmad dengan para santri, Beliau takjub dan gembira dengan para santri Daruttauhid Malang, karena semua santri terlihat selalu membawa pulpen dan buku catatan di setiap saat. Hal ini menunjukkan akan keseriusan dan kesemangatan para santri dalam mencari ilmu.
Karena sebab itulah dalam ceramahnya, Assyaikh Ahmad menyampaikan bahwa seorang Penuntut ilmu itu harus memiliki senjata, dan senjatanya seorang penuntut ilmu ada tiga, yaitu: Siwak, Buku catatan, dan Pulpen. Dan tiga hal ini wajib untuk dibawa bersama mereka kemanapun mereka pergi.
“Senjata yang paling utama bagi seorang Penuntut ilmu adalah Siwak, dan ini yang paling penting. Kalo penuntut ilmu nya saja tidak memakai Siwak, bagaimana dengan orang awam nya?” Ujar tegas Assyaikh Ahmad.
Begitu juga dengan Pulpen dan Buku catatan, kedua hal ini adalah sesuatu yang sangat penting bagi penuntut ilmu. Karena setiap kali mereka menemukan suatu Faedah atau suatu ilmu yang baru diketahuinya, wajib bagi mereka untuk segera mencatatnya dimanapun hal itu berasal.
“Segala hal yang hanya dihafal, pasti akan hilang. Dan segala hal yang ditulis, pasti akan menetap selama tulisan itu masih ada.” Ucapnya.
“Jika hanya mengandalkan hafalan, mungkin dalam waktu dua tahun sampai tiga tahun hal tersebut akan mulai memudar bahkan hilang, tapi jika langsung dicatat, niscaya hal itu akan menetap bahkan sampai puluhan tahun lamanya.” Tambahnya.
Bahkan terkadang, Assyaikh Ahmad menggunakan beberapa kosa kata dalam Bahasa Indonesia sehingga hal itu mengundang tawa dari seluruh Hadirin.
“Sebagai seorang penuntut ilmu, janganlah kalian biasakan untuk tidur setelah waktu Ashar. Karena barang siapa yang membiasakan tidur setelah waktu Ashar, maka hal itu akan menyebabkankan orang tersebut mengalami ganguan jiwa, atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut gila.”.
Dengan perantara Penerjemah yang disampaikan oleh Ustadz Arif Rahman Rosyadi,Lc. para santri bisa menyimak dan memahami semua yang disampaikan oleh Assyaikh Ahmad. Dan pada penghujung acara, Assyaikh memberikan ijazah kepada seluruh hadirin. Dan acara pun ditutup doa, dan diakhiri dengan foto bersama.(Berita: Qeis/Fahd, Editor: Qeis/Fahd, Foto: Athif, Reviewer: Ustadz Rijal)